Pada zaman dahulu, tepatnya pada zaman pra aksara, manusia
belum mengenal tulisan. Setelah sekian lama menjalani hidup di zaman batu,
barulah manusia dapat mengenali tulisan. Lebih tepatnya pada zaman batu besar
atau yang disebut juga Megalithikum.
Sejak zaman itulah, manusia terus-menerus berkembang dan bergerak
maju. Sampailah manusia pada zaman logam. Zaman logam menandakan adanya
kemajuan ilmu dan teknologi pada masa itu. Karena untuk mendapatkan logam,
biji-biji logam tersebut harus dapat dilebur terlebih dahulu. Zaman ini pun
terbagi lagi menjadi tiga zaman. Yakni zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman
besi.
Zaman tembaga merupakan tahap awal manusia mengenal logam. Namun
beberapa ahli arkeologi menyatakan bahwa Indonesia tidak mengalami masa ini. Ini
berarti Indonesia langsung mengalami masa perunggu setelah masa batu.
Zaman perunggu yakni zaman dimana manusia menggunakan
peralatan yang terbuat dari perunggu-yakni hasil campuran antara timah putih
dan tembaga-. Diperkirakan zaman ini terjadi sekitar 8000 tahun lalu. Pada masa
perunggu, peralatan terbagi menjadi dua jenis, yakni untuk kebutuhan
sehari-hari dan untuk keperluan upacara keagamaan karena dipercayai memiliki
kekuatan supranatural.
Zaman Perunggu dimulai di daerah yang kini telah berdiri menjadi Turki, Iran, dan Irak, yang juga tempat lahir peradaban manusia. Pada saat ini, permukiman permanen sudah berumur ribuan tahun, tetapi butuh waktu bagi mereka untuk menemukan potensi bijih logam
Zaman Perunggu di India dimulai pada 3300 SM dengan peradaban Lembah Indus. Di Cina dan Asia Tenggara, mulai sekitar 2100 SM. Sepanjang Eropa, orang-orang mulai menggunakan logam ini antara tahun 2100 SM dan 2000 SM atau lebih, dengan peradaban canggih meningkat sepanjang milenium ke-2 SM.
Berikut beberapa peninggalan dari Zaman Perunggu.
1. Nekara perunggu
Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik.
Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusa tenggara, Maluku, Selayar, dan
Papua. Nekara berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun
hujan dan sebagai genderang perang memiliki pola nekara hias yang
beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan, ada pula
yang tak bermotif.
2. Moko
Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusa
Tenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci. Moko berfungsi sebagai pendamping di dalam atau sebagai maskawin.
3. Kapak perunggu
Kapak perunggu berfungsi sebagai alat pendukung upacara ritual sehingga
dilengkapi ragam hias yang unik, dan untuk berburu tapi kadang juga
untuk bercocok tanam. Kapak perunggu terdiri beberapa macam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Papua. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.
4. Candrasa
Sejenis kapak, namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan
di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara
keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.
5. Bejana perunggu
Bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai. Bejana perunggu banyak di temukan di Madura dan Sulawesi.
6. Perhiasan Perunggu
Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung
pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
7. Manik-manik
Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk.
Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup setelah
seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silinder, segi enam, bulat, dan
oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor,
Besuki, dan Buni.