Banyak sekali pendapat yang diajukan oleh para sejarawan mengenai proses masuknya agama Hindu dan Buddha. Namun, dari sekian banyak itu, tentu tak semua bisa diyakini dan disetujui. Ketidak adanya bukti yang benar-benar akurat menjadikan beberapa pendapat pun berguguran.
Dari sekian banyak pendapat itu, saya akan membagikan setidaknya 6 teori yang dicetuskan oleh beberapa ahli yang sampai sekarang masih dipertahankan karena memiliki alasan-alasan yang sesuai dengan keadaan pada masa lalu. Berikut teori-teori tersebut :
![]() |
N. J. Krom, Seorang Arkeolog |
1. Teori Waisya (Pedagang)
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom dan Mookerjee yang didasarkan oleh perdagangan yang dilakukan bangsa India ke Indonesia. Karena sejak 500 SM, Indonesia telah menjadi jalur perdagangan bangsa Cina dengan India. Namun, pelayaran dan perdagangan pada waktu itu bergantung pada angin musim yang berganti arah setiap setengah tahun, maka dalam waktu tertentu mereka akan menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan para pedagang dengan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Termasuk didalamnya agama dan budaya Hindu.
Kelebihan
- Pada masa itu, kaum Ksatria sedang gencar-gencarnya
melakukan petualangan untuk menaklukan daerah lain.
Kelemahan
- Umumnya, kaum Ksatria tidak
menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
- Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah
taklukkan kerajaan-kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya
prasasti/jayastamba/tugu kemenangan) yang menggambarkan penaklukkan
tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun di Indonesia tidak ditemukan
prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang
penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India,
tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini
disebabkan penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan
bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih
awal.
2. Teori Sudra (Budak)
Teori yang disampaikan oleh Von Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu di Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra (budak). Mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak, sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah nasibnya dan meperbaiki kehidupannya.
Kelebihan
- Masyarakat yang bertempat pada kasta Sudra
pasti ingin memperbaiki hidup, salah satu caranya adalah dengan mencari tempat
lain, seperti Indonesia
Kelemahan
- Golongan
Sudra tentu tidak mengusai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
- Kasta Sudra umumnya tidak memiliki ilmu
pengetahuanatau tidak berpendidikan.
- Biasanya, jika ada budak maka ada tuannya, maka
pastilah ada kasta yang lebih tinggi dari sudra yang membawa kasta Sudra
ke Indonesia.
3. Teori Ksatria
F. D. K. Bosch juga menyampaikan pendapatnya mengenai masuknya agama Hindu ke Indonesia. Ia menyatakan bahwa masuknya agama Hindu yakni melalui peperangan antargolongan. Para prajurit yang kalah dalam perang lantas meninggalkan India. Nah, diantara mereka ada yang sampai di tanah Indonesia. Kemudian mereka berusaha untuk membentuk koloni-koloni sebagai tempat tinggalnya. Ada pula pendapat yang dikemukakan, yakni sebagai berikut : a. C.C. Berg
Ia menjelaskan bahwa para ksatria India ada yang terlibat dalam konflik perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b. J.L. Moens
Ia menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Merekalah yang nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
Kelebihan
- Pada masa itu, kaum Ksatria sedang gencar-gencarnya
melakukan petualangan untuk menaklukan daerah lain.
Kelemahan
- Umumnya, kaum Ksatria tidak
menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
- Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah
taklukkan kerajaan-kerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya
prasasti/jayastamba/tugu kemenangan) yang menggambarkan penaklukkan
tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun di Indonesia tidak ditemukan
prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang
penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India,
tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini
disebabkan penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan
bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih
awal.
![]() |
J .C. Van Leur |
4. Teori Brahmana
Menurut teori yang dinyatakan oleh J.C. Van Leur ini, kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana (pendeta) yang sengaja diundang oleh penguasa-penguasa Indonesia. Pendapatnya berdasarkan bukti terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan Hindu-Budha, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Di India, hanya golongan Brahmana-lah yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut. Namun, kelemahan teori ini ialah adanya peraturan bahwa Brahmana tidak boleh keluar dari negerinya sehingga tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke Indonesia.
Kelebihan
- Prasasti peninggalan di Indonesia banyak menggunakan
bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang biasanya hanya dikuasai oleh kaum
Brahmana
- Hanya para Brahmana yang bisa melakukan upacara khusus
yang menjadikan seseorang menjadi pemeluk hindu (Vratyastoma)
Kelemahan
- Dalam tradisinya, terdapat pantangan bagi kaum Brahmana
untuk menyeberangi lautan
5. Teori Nasional atau Arus Balik
Teori nasional mengungkapkan bahwa penduduk Indonesia banyak yang aktif berdagang ke India, pulangnya membawa agama dan kebudayaan Hindu. Sebaliknya, orang-orang Indonesia (raja) mengundang para brahmana dari India untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Jadi, bangsa Indonesia sendiri yang aktif memadukan unsur-unsur kebudayaan India. Banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu–Buddha ke India dan setelah memperoleh ilmu, mereka kembali untuk menyebarkan agama di Tanah Air.
Kelebihan
Kelebihan
- Ada kemungkinaan para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu-Budha dan Budaya, tujuanya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari india, para bangsawan bisa membuat kekuasaan di Indonesi dengan mencotoh kebudayan Hindu-Budha
Kelemahan
- Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke india sulit, karena pada masa itu oran indonesia masih bersifat pasif.
6. Teori Campuran
Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.
Kelebihan
- Kasta sudra merupakan budak maka pasti para ksatria dan pedagang membutuhkan mereka untuk melakukan peran masing-masing.
- Semua kasta sebenarnya saling membutuhkan.
Kelemahan
- · Dalam tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana untuk menyeberangi lautan