Wednesday, November 23, 2016

Meragukan Relevannya "Gerakan Non Blok" Saat Ini

1939. Perang Dunia II yang begitu dahsyat dimulai.

Indonesia yang dikenal dengan Gerakan Non Blok-nya itu, terdengar hebat dan mampu memprovokasi banyak negara lainnya.

Namun, dengan keadaan saat ini :

Tahun 2016, Abad 21. Sudah bertahun-tahun lamanya sejak Perang Dunia II berakhir. Dimana kita telah sampai pada masa tidak berjalannya lagi blok Barat maupun blok Timur. Masihkah Gerakan Non Blok bisa disebut berguna?

Gerakan Non Blok, gerakan yang seharusnya mengambil garis tengah pada tiap perdebatan, walaupun dihadang kacau-balau dinamika dunia saat ini. Apa yang harus menjadi fokus saat ini, sementara tidak ada kubu-kubu yang saling berperang?

Perang tidak senantiasa dipicu oleh persaingan ideologi. Perang bahkan bisa timbul hanya dari masalah-masalah yang lebih sempit. Misalnya, kesenjangan ekonomi, persoalan politik, dan sebagainya.

Masalah-maasalah diatas sebenarnya tidak terlalu berat, hanya memerlukan sedikit perhatian yang intensif dari pemerintah dengan tambahan sedikit diplomasi masalah itu mungkin dapat terselesaikan. Jika begitu, masihkan kita membutuhkan GNB?

Cita-cita GNB memang sederhana, menciptakan dunia yang aman, tentram dan sejahtera. Namun mengapa sampai saat ini belum terwujud dengan maksimal? Karena itulah, GNB masih berdiri ditengah masyarakat yang cukup kondusif ini. Untuk mencapainya.

Gerakan Non Blok masih cukup relevan sebagai sebuah gerakan. Bahkan meski perang telah usai, anggotanya justru bertambah. Selain itu, bisa dilihat dari partisipasi negara-negara anggotanya yang turut berpartisipasi aktif dalam mengikuti konferensi-konferensi dan forum-forum lainnya.

Munculnya tantangan-tantangan global baru pada abad ke-21 telah mendorong GNB untuk terus berkembang dan memperluas kapasitasnya serta arah kebijakannya supaya tetap dapat mendukung pulihnya kondisi dunia dan bermanfaat tidak hanya bagi anggota-anggotanya saja, namun secara global.

Menurut data, sampai saat ini, 60% anggota PBB adalah anggota GNB. Ini menandakan bahwa sudah sebagian besar belahan bumi ini mengikutsertakan negaranya. Dengan itu, diharapkan tantangan-tantangan global seperti krisis energi maupun keuangan, ketahanan pangan, dan isu-isu lainnya, dapat diselesaikan secara global.

Sumber : http://www.republika.co.id/ dan masih banyak lainnya.

KAA dalam Ekonomi Global

Perekonomian kawasan Asia-Afrika semakin lama memang semakin baik. Di sisi pertumbuhan ekonomi, perekonomian Asia-Afrika telah melaju diatas rata-rata dunia. Presiden Joko Widodo pernah menyebutkan dalam pidatonya bahwa kawasan Asia-Afrika memiliki banyak potensi. Dengan penduduk yang mencapai 5,4 miliar jiwa, maka Asia-Afrika menjadi wadah bagi 75 persen penduduk di dunia.

Kondisi ekonomi negara-negara anggota Asia dan Afrika sejak pertama kali diadakannya KAA memang mengalami perkembangan yang baik. Karena sekitar 5 tahun setelahnya, negara-negara anggota KAA mampu menyumbang sekitar lebih dari 12% PDB Dunia. Persentase tersebut kemudian meningkat menjadi sekitar 27% pada tahun 2013 dengan bantuan dari lonjakan perekonomian Cina yang cukup pesat, juga mengalahkan kontribusi Jepang pada saat itu. Selanjutnya, kedua kawasan ini berkontribusi terhadap 51 persen PDB dunia pada tahun 2014.

Pada pertemuan KAA berikutnya, Cina mengajukan untuk memberlakukan Asian Infrastucture Investment Bank (AIIB) yang banyak didukung oleh anggota lainnya, salah satunya Indonesia melalui Presiden Joko Widodo. Dengan ini, diharapkan negara-negara anggota KAA tidak terlalu bergantung dengan Bank Dunia, IMF, dan sebagainya.

Mengenai perkembangan perekonomian negara-negara anggota KAA, di salah satu sisi, yakni negara Zimbabwe, menyampaikan bahwa perekonomian diantara mereka harus diseimbangkan. Contohnya, kenyataan bahwa perekonomian Asia yang sudah begitu maju, sedangkan Afrika yang kebanyakan masih tertinggal.

Bahkan menurut data, pada tahun 2013, arus perdagangan dari Asia ke Afrika tercatat sebesar 26% dari total perdagangan Afrika, sedangkan arus perdagangan dari Afrika ke Asia tercatat hanya sekitar 3% dari total perdagangan Asia.

Maka yang perlu ditingkatkan pada hubungan antar-negara anggota KAA adalah rasa solidaritas dan keseimbangan. Supaya negara-negara tersebut bisa berjalan bersama untuk maju dalam perekonomian global.

Sumber: http://www.antaranews.com/ dan masih banyak lainnya

Friday, November 4, 2016

Bicara mengenai Reformasi...

Reformasi itu apa sih?

Reformasi menurut pendapat saya adalah suatu perubahan yang merupakan penataan kembali, atau penggantian suatu sistem yang telah ada dengan suatu sistem baru yang diharapkan dapat memperbaiki keadaan selanjutnya. Namun berikut reformasi menurut berbagai sumber :

  KBBI : perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.
  Wikipedia : (secara umum) perubahan terhadap suatu sistem yang  telah ada pada suatu masa.

Kenapa diperlukan adanya reformasi?

Karena dengan adanya reformasi, diharapkan kekurangan-kekurangan yang ada pada sistem yang telah berjalan dapat dipenuhi pada suatu sistem yang baru. Dengan begitu, tentu sistem tersebut dapat berjalan dengan maksimal. Setelah itu, memungkinkan kita untuk dapat mencapai apa yang menjadi tujuan dari adanya sistem tersebut. Namun...

Apa dampak lain yang menjadi kekurangan adanya reformasi?

Dengan adanya penggantian, maka diperlukan waktu untuk dapat menyusun kembali suatu sistem yang baru itu serta penyesuaian antara pihak-pihak yang terkait didalamnya. Selain itu,  sangat disayangkan apabila pada perjalanannya, sistem yang baru tersebut justru tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sebelumnya dan menambah kekurangan yang telah ada.

Sekian uraian pendapat saya mengenai Reformasi. Atas kesalahan dan kekurangannya, saya memohon maaf, karena ini adalah pendapat saya seorang diri. Terima Kasih :)